Joe Biden Desak Penghentian Sementara, ‘Jeda’ Pertempuran di Gaza Palestina

Kamp Pengungsi Jabalia Gaza Palestina

JAKARTA– Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan harus ada “jeda” dalam pertempuran di Gaza untuk memungkinkan pembebasan sandera, karena Hamas mengatakan hampir 200 orang tewas dalam dua hari serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia di wilayah kantong tersebut.

Presiden AS saat berbicara pada acara penggalangan dana kampanye di Minneapolis AS pada hari Rabu ketika seorang wanita berteriak: “Tuan Presiden, jika Anda peduli dengan orang-orang Yahudi, sebagai seorang rabi, saya ingin Anda menyerukan gencatan senjata,” seruan wanita tersebut.

Biden menjawab: “Saya pikir kita perlu jeda. Jeda berarti memberikan waktu untuk mengeluarkan para tahanan,” tutur Biden.

Pejabat Gedung Putih kemudian mengklarifikasi bahwa yang dimaksud adalah sandera yang ditahan oleh Hamas.

Gedung Putih sebelumnya menyerukan jeda kemanusiaan untuk memungkinkan bantuan dikirim ke Gaza atau untuk melakukan evakuasi. Namun sejauh ini menolak untuk membahas gencatan senjata, karena percaya bahwa hal itu hanya akan menguntungkan Hamas.

Jeda umumnya dianggap kurang formal dan lebih pendek dibandingkan gencatan senjata.

Seruan tersebut merupakan langkah halus bagi Biden dan para pejabat tinggi Gedung Putih, yang selama krisis ini dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak akan mendikte bagaimana Israel melakukan operasi militer mereka sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang

Sebagian besar di antaranya adalah warga sipil Israel. Serangan balasan Israel telah menewaskan 8.796 warga Palestina, termasuk 3.648 anak-anak.

Kantor media pemerintah yang dikelola Hamas mengatakan serangan baru terhadap kamp pengungsi terbesar di Gaza, di Jabalia, pada hari Rabu menyebabkan jumlah korban tewas di kamp tersebut meningkat menjadi 195 orang, dan 120 orang lainnya masih hilang di bawah reruntuhan. Setidaknya 777 orang lainnya terluka, kata kantor tersebut.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya menargetkan dan membunuh Muhammad A’sar, komandan susunan rudal anti-tank Hamas, dalam serangan hari Rabu.

IDF mengatakan serangan hari Selasa adalah untuk membunuh Ibrahim Biari – seorang komandan penting Hamas yang terkait dengan serangan 7 Oktober.

Juru bicara IDF Daniel Hagari mengatakan Biari memimpin pertempuran di Gaza utara dari jaringan terowongan di bawah kamp.

Sementara, Hamas mengatakan tujuh sandera termasuk tiga pemegang paspor asing tewas dalam serangan hari Selasa.

Pada hari Rabu, kantor hak asasi manusia PBB mengatakan serangan udara Israel terhadap kamp Jabalia bisa dianggap sebagai kejahatan perang.

Sementara itu, ratusan warga negara asing dan puluhan warga Palestina yang terluka parah diizinkan meninggalkan Gaza setelah lebih dari tiga minggu dikepung.

Pada Rabu malam, setidaknya 335 warga negara ganda dan 76 orang yang terluka parah dan sakit telah melintasi perbatasan, dan diperkirakan akan lebih banyak lagi yang menyusul.

Hanya segelintir orang Amerika yang menyeberang, semuanya dipekerjakan oleh organisasi internasional. Biden mengatakan dia berharap akan ada lebih banyak orang yang mengundurkan diri dalam beberapa hari mendatang.

Mereka yang diperbolehkan berangkat pada hari Rabu termasuk warga negara dan pemegang paspor ganda dari Australia, Austria, Bulgaria, Republik Ceko, Finlandia, Indonesia, Jepang dan Yordania, serta anggota staf dari beberapa organisasi bantuan.

Diketahui bahwa pada awalnya hanya dua dari 500 orang dalam daftar mereka yang memenuhi syarat untuk pergi adalah warga negara Inggris.

Philippe Lazzarini, komisaris jenderal UNRWA, badan utama PBB di Palestina, mengatakan skala tragedi di Gaza belum pernah terjadi sebelumnya setelah mengunjungi wilayah yang terkepung untuk pertama kalinya sejak 7 Oktober.

Lazzarini menggambarkan kunjungannya ke Jalur Gaza sebagai salah satu hari paling menyedihkan dalam pekerjaan kemanusiaan dan mendesak adanya respons kemanusiaan yang bermakna untuk mencegah kematian orang-orang di Gaza.

“Tingkat kesusahan dan kondisi kehidupan yang tidak sehat berada di luar pemahaman,” katanya.

“Semua orang hanya meminta air dan makanan. Alih-alih berada di sekolah, belajar, anak-anak malah meminta seteguk air dan sepotong roti. Itu sangat menyayat hati. Yang terpenting, orang-orang meminta gencatan senjata. Mereka ingin tragedi ini berakhir.” kata Lazzarini.

Juru bicara dewan keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan sebelumnya pada hari Rabu bahwa duta besar Biden untuk Israel yang baru dikukuhkan, Jack Lew, akan segera dikirim ke Timur Tengah dan sebagian akan ditugaskan untuk mendukung upaya AS untuk menciptakan kondisi untuk jeda kemanusiaan.

“Untuk mengatasi memburuknya kondisi kemanusiaan yang dihadapi warga sipil Palestina,” ujar Kirby.

(adista)