PANGKALAN BUN – Anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) di Kalimantan Tengah menjadi pusat lembaga riset perusahaan. Demi meraih keunggulan kompetitif, teknologi dan inovasi terus ditingkatkan Astra Agro untuk menemukan solusi atas tantangan pengembangan dan produktivitas kelapa sawit nasional.
Pada Halal Bihalal bersama dengan wartawan Pangkalan Bun, Direktur Astra Agro Area Kalteng Dulmanap mengungkapkan visi misi perusahaan sebagai perusahaan yang paling produktif dan inovatif di dunia. Dengan tren penurunan produktivitas nasional, Astra Agro berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 4,8% produksi Tandan Buah Segar (TBS) dari 3,16 juta ton pada 2022 menjadi 3,31 juta ton pada tahun 2023.
“Hal ini berkaitan dengan kebijakan perusahaan mengenai operational excellence, sehingga disiplin dalam proses panen mendorong kinerja yang positif. Kebijakan ini diintegrasikan dengan program digitalisasi yang menerapkan teknologi informasi secara menyeluruh dalam proses dan tahapan produksi pabrik,” ungkap Direktur Astra Agro Area Kalteng , Selasa 7 Mei 2024 lalu.
Dulmanap melanjutkan dengan berfokus pada working tools dan management control tools. Astra Agro memanfaatkan Plantation Information Management System (PIMS) yang terdiri dari aplikasi mobile dan sensor/Internet of Things (IoT) untuk mengontrol utilisasi sumber daya di kebun. Kemudian, memastikan pengelolaan data operasional kebun secara aktual, cepat, tepat dan akurat melalui Operation Center of Astra Agro (OCA).
Dalam menjawab tantangan nasional atas turunnya produktivitas nasional, Astra Agro merelease tiga varietas unggul yang diberi nama varietas AAL Lestari, AAL Sejahtera dan AAL Nirmala. Bibit unggul karya tim Research and Development ini dapat menghasilkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) tidak kurang 30/ha/tahun dengan produksi minyak sekitar 8,5 sampai 9 ton/ha/tahun.
“Saat ini produktivitas nasional sedang stagnan, bahkan cenderung menurun karena rata-rata usia tanaman menua. Sesuai kebijakan keberlanjutan perusahaan untuk tidak membuka lahan baru, maka riset menjadi kunci utama dalam menjawab tantangan produktivitas tanpa perluasan ini,” tutup Dulmanap. (Man)