Aleg Golkar Mukharudin: Hindari Isu Agama untuk Pecah Belah Persatuan Bangsa di Pemilu 2024

Anggota DPR RI dari fraksi Golkar Dapil Kalimantan Tengah Mukhtarudin

JAKARTA– Anggota DPR RI Mukhtarudin mengajak para elite politik serta seluruh elemen bangsa untuk menyambut Pemilu serentak 2024 dengan suka cita dan riang gembira.

Selain itu, politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini berharap pemilu 2024 tak ada lagi pihak-pihak yang memanfaatkan sentimen agama untuk menebar kebencian hanya demi meraih kekuasaan.

“Kita semua harus meyakini, setiap agama menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan,” tutur Mukhtarudin Rabu 6 Desember 2023.

Pria kelahiran Pangkalan Bun Kalteng ini mengajak semua pihak jaga persatuan dan kesatuan dan jadikan nilai-nilai agama sebagai perekat persaudaraan, yang dilandasi oleh rasa cinta kasih pada sesama.

“Karena sejatinya, puncak dari setiap agama adalah cinta,” beber Mukhtarudin.

Untuk itu, Mukhtarudin mengajak semua masyarakat untuk menjunjung tinggi moderisasi beragama jelang Pemilihan Umum (Pemilu) serentak akan digelar pada 14 Februari 2024 mendatang.

“Kita menjunjung tinggi moderasi beragama demi menghindari adanya perpecahan antara satu kelompok dengan kelompok lain,” tandas Mukhtarudin.

Menurut Mukharudin, Agama perlu ditempatkan sebagai suatu media yang melahirkan pendorong harmoni, kebersamaan dan kedamaian.

Mengingat, kata Mukharudin, implementasi dari praktik kehidupan keagamaan adalah cinta kasih yang menggerakkan persaudaraan.

“Jadi, agama bukan dijadikan sebagai alat untuk mendorong kepercayaan atau memihak kepada partai tertentu bahkan calon tertentu,” beber Mukhtarudin.

Anggota Komisi VII DPR RI ini melanjutkan dalam konteks ke-Indonesiaan yang tidak menganut faham sekulerisme, agama menjadi elemen penting dalam konstruksi kehidupan sosial.

Mukharudin bilang setiap isu yang dikaitkan dengan agama, selalu menjadi isu yang memiliki sensitivitas tinggi yang jika tidak dikelola dan disikapi dengan baik dan bijaksana, akan bermuara pada percikan-percikan konflik yang dapat mencederai kebersamaan sebagai sebuah bangsa.

“Saya berharap moderisasi beragama menjadi penengah, bagaimana politik dijadikan sebagai dakwah, bukan politik menjadikan agama sebagai alat,” pungkas Mukhtarudin.

(adista)