Oleh: Maman Wiharja (Wartawan Senior – Berita Sampit)
Puluhan ribu Orangutan, yang sekarang sudah beranak pinak di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat ( Kobar ) Kalimantan Tengah (Kalteng) semuanya berawal dari ‘kasih sayang’ salah seorang pahlawan wanita bernama Prof. DR. Birute Mary F Galdikas, yang akrab disapa Ibu Birute.
Dalam artian, semua orangutan yang masuk ke TNTP tidak begitu saja nyelonong loncat masuk hutan. Tapi sebelumnya oleh Ibu Birute, orang-orangutan yang tadinya ganas kemudian dijinakan dan diteliti dulu kesehaannya di Kliniknya.
Kemudian setelah kesehatannya terjamin, dan bisa beradaptasi dengan hutan, baru orangutan itu dilepasliarkan ke hutan TNTP, dan setiap acara pelepasan orangutan, juga tidak tanggung-tanggng disaksikan Menteri Kehutanan atau pejabat pemerintah daerah/pusat.
Pengamatan penulis, kini setelah Ibu Birute berusia senja 77 tahun sudah tidak bisa lagi datang menengok binatang kesayangannya orangutan seperti kelokasi Camp Leakey, yang penuh dengan kenangan karena sejak tahun 1971 Camp Leakey di tengah hutan TNTP, langsung didirikan oleh Ibu Birute untuk dijadikan pusat rehabilitasi dan penelitian (reseach center) orangutan.
Pokoknya disaat Ibu Birute masih perkasa dan penuh semangat, sudah banyak pera mengamat antroplogi, ditambah berbagai kalangan penulis nasional dan internasional yang memngungkap perjuangan Ibu Birute sebagai pahlawan yang bisa menyelamatkan puluhan ribu orangutan, yang nyaris punah di dunia, kini bisa hidup lestari di TNTP .
Salah satu kenangan Ibu Birute, seperti telah disiarkan di beberapa Negara di dunia oleh Journeyman Pictures Ltd. 4-6 High Street, Thames Ditton, Surrey, KT7 0RY, Inggris Raya. Salah satu adegan khusus Ibu Birute ditahun 1994 (23 tahun sudah berada di TNTP), nampak Ibu Birute bercengkrama sama-sama minum kopi dengan salah satu Orangutan kesayangannya bernama ‘Pepe’.
Kini setelah Ibu Birute ditinggalkan selamanya oleh suaminya Pak Bohap warga Suku Dayak Desa Pasir Panjang, lenyap dari pengamatan, karena banyak diam dirumahkan konon sekarang sedang berobat di Amerika.
Pengamatan penulis nampaknya banyak orangutan di TNTP kini hidupnya jadi ‘merana’, karena merindukan kasih sayang Ibu Birute, Juga sebaliknya pengamatan penulis, Ibu Birute sendiri dalam hatinya mungkin sama sangat merindukan binatang kesayangan yaitu orangutan.
Namun apa daya, karena factor usia kini Ibu Birute hanya bisa merenung dan mengingat kenangan lamanya, dan suka dukanya saat hidup hampir selama 50 tahun lebih bersama-sama orangutan.
Jujur saja, selama penulis kenal dengan beliua tahun 1976 belum pernah kelihatan dari Pemkab Kobar, misal pada Hari Jadi Kabupaten Kobar atau hari Jadi Provinsi Kalteng, Ibu Birute, mendapat penghargaan atau piagam khusus dari pemerintah. Justru segudang piagam dan penghargaan yang didapat Ibu Birute berasal dari berbagai kalangan khusus beberapa negara di dunia, termasuk piagam penghargaan dari Presiden Soeharto.
Penulis punya gagasan dan saran, alangkah baiknya kalau ada kalangah tertentu baik dari pemerintah atau swasta yang rela mendirikan Patung Profesor. DR. Birute Mary F Galdikas, misal di tengah-tengan Taman Kota Manis Pangkalan Bun, untuk menambah semaraknya pengunjung wisata kota.
Tujuannya untuk kenang-kenangan karena jasa-jasa beliaulah nama baik Kabupaten Kobar Provinsi Kalteng, telah terangkat ke Mancanegar. Juga Ibu Birute, telah banyak jasanya membantu Pendapatan Asli Daerah melalui obyek wisata ke TNTP, termasuk pemasukan devisa kepemerintah pusat.
Tapi mudah-mudahan Bapak Anang Dirjo selama menjadi Penjabat (Pj) Kabupaten Kobar (2 tahun lebih), selain telah banyak meninggalkan hasil pembangunannya yang baik, juga bisa meninggalkan kenang-kenngan lainnya seperti mendirikan Patung Prof. DR. Birute Mary F Galdikas. SEMOGA ***