Penulis: Maman Wiharja (Wartawan Senior Berita Sampit)
Waktu sekolah di SLTA, sebut saja setelah sekolah di SMA Negri 1 Cikampeng Kabupaten Karawang 1973, kemudian pindah ke SMAN 2 Kotamadya Cirebon Jawa Barat 1974 dan lulus tahun 1976, penulis sempat bersahabat, dengan salah satu teman bernama A. Yacub Bastian, yang akrab disapa Yacub, yang tempat tinggalnya di sekitar lokasi Keraton Kanoman Cirebon, tidak jauh dari rumah kediaman Artis/Penyanyi tahun 80an Grace Simon.
Waktu dulu sekolah di SMA berbeda jurusan, Yacub di Kelas II jurusan Budaya, sedangkan penulis di Kelas II jurusan Ekonomi.
Mungkin oleh para nitizen sebagai pembaca, bisa dibayangkan bagiaimana ketika kita sekolah di SMA?. Sepertinya selama waktu 3 tahun, sekolah di SMA tidak ada kata dan kalimat yang disebut ‘Suka Duka‘, yang ada hanyalah ‘Suka“nya saja.
Karena diusia remaja di tingkat SLTA, pengamatan penulis yang telah dirasakan, semuanya terasa indah. Indahnya, bagi laki-laki dijaman itu ketika hatiku terbelit seorang wajah perempuan, teman sekolah.
Kebetulan penulis dengan sahabat Yacub, hampir bersamaan saling mengincar teman sekolah perempuan. Kalau Yacub mengincar Tuti, yang tinggal di Jalan Kesambi Cirebon, kalau penulis mengincar Darlity teman sekelas yang rumahnya jauh di Jati Barang – Indramayu.
Karena belum bekerja, penulis sering bingung engga punya modal untuk pergi ke Jatibarang melaksanakan apel alias ‘wakuncar’ (wajib kunjung pacar), Akhirnya, sering mengantar Yacub ‘wakuncar’ kerumah Tuti .
Singkat cerita, setelah penulis mengagendakan beribu kenangan indah di SMA , akhirnya setelah lulus SMA tahun 1976 penulis dengan begitu saja lepas persahabatan dengan Yacub.
Tahun 1980 sampai 1985an penulis sempat bekerja di PT.Sucofindo (Superintending Comfani of Indonesia), yang pekerjaanya menginisiasi penulis bisa jadi wartawan.
Kemudian 1988, sambil Kuliah di UNSWAGATI (Universitas Swadaya Gunung Jati) Cirebon, di FKIP (Fakultas Ilmu Pendidikan) Jurusan Bahasa, penulis bisa jadi wartawan, setelah mengrim berita tertulis dan dimuat di HU. Mandala Bandung. Waktu itu penulis sangat gembira, karena berita bisa dimuat di halaman depan (haedline).
Jujur saja penulis kuliah hanya 4 tahunan, karena waktu itu penulis fokus menjadi wartawan. Sampai-sampai Rektur Unstwagati Cirebon H. Saleh Syahjana (almarhum) yang juga ketua DPRD Kotamadya Cirebon, sering minta bantuan, kepada penulis katanya kalau ada kasus di Unswagati jangan dimuat di Koran.
Penulis pun tidak meneruskan kuliah, malah terus mencari berbagi koran yang terbit di Jakarta, mulai dari HU. Sinar Pagi, HU. Jayakarta, sudah penulis tunggangi, terakhir di HU. Media Indonesia 1991 sampai 1996.
Penulis bisa ke Kalimantan, saat Pak Surya Paloh Pimpinan Umum Media Indonesia mengirim 2 Bedug Raksasa, ke Banjarmasin dan Palangka Raya, yang saat itu penulis ditugaskan untuk meliputnya.
“Hai, Man…masih ingat beli ke isun..nih Yacub teman di SMA,“ kata seorang kakek gemuk dengan logat bahasa Caribonnya, menyapa penulis saat jalan-jalan ke Pasar Kanoman di Cirebon, minggu lalu.
Astagfirullah,…Alhamdulillah,…ternyata kakek yang badannya masih gemuk itu sahabat penulis, Yacub, 47 tahun yang lalu masih muda ganteng dan murah senyum. Setelah, bersalaman penulis dengan gembiran langsung mencari warung kopi.
“Hayo kita sambil ngopi ngobrol ngaler-ngidul cerita masa lalu,“ jawab penulis, penuh haru dan gembira sambil jalan menuju warung kopi dipinggiran Pasar Kanoman Cirebon.***