Banjir Terus Terjadi di Kotim, Langkah Nyata Pemerintah Dipertanyakan

IST / BERITA SAMPIT - Rudie, Ketua PAC Hanura Kecamatan Telaga Antang.

SAMPIT – Banjir masih terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur dan merendam kembali sejumlah rumah hingga fasilitas publik yang ada di wilayah utara daerah tersebuit, hal itu diungkapkan oleh Rudie tokoh pemuda di Kecamatan Telaga Antang, Rabu 5 Oktober 2022.

“Langkah nyata dari Pemkab Kotim sejauh ini kami lihat masih belum ada juga, tiap tahun banjir selalu melanda daerah hulu ini,” kata Ketua PAC Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Kecamatan Telaga Antang tersebut.

Akibat banjir yang terus terjadi ini, banyak fasilitas sekolah yang terendam melanda sejumlah wilayah beberapa waktu terakhir ini khusunya di wilayah Kecamatan Telaga Antang dan kecamatan lainnya.

“Bulan ini belum ada tanda-tanda surut total dan aktivitas masyarakat terganggu, sehingga kegiatan pendidikan dan perekomian juga terhambat,” kata Rudie.

Dia melanjutkan, khususnya fasilitas pendidikan seperti sekolah yang terendam membuat anak-anak tidak bisa sekolah dan setelah banjir kondisi sekolah mengalami kerusakan.

Rudie mengatakan untuk itu bantuan sangat diperlukan bagi warga masyarakat yang terdampak banjir baik dari segi ekonomi, kesehatan dan sarana prasana yang rusak akibat banjir.

Bahkan rumah warga kembali terendam lagi setelah diguyur hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut, karena hutan yang berkurang sudah tidak mampu menahan air hujan

Pemerintah yang selama ini memberikan izin pembukaan lahan harus ikut bertanggung jawab, dapat memberikan solusi dan jalan keluar untuk permasalah banjir yang semakin lama semakin parah.

“Jangan hanya masyarakat yang merasakan penderitaan ini, tapi pemerintah juga harus turun untuk bersama-sama membantu masyarakat dan mencari solusi agar tidak ada lagi yang dirugikan,” tegasnya.

Selama ini juga dirinya menyebut setelah selesai persoalan banjir ini, tidak ada analisis yang dilakukan pemerintah terhadap dampak lingkungan, agar masalah banjir ini tidak selalu terjadi.

“Kami sudah puluhan tahun tinggal di sini, baru kali ini banjir terparah dan ini tidak lain akibat menipisnya hutan, pemerintah tidak pernah memikirkan lagi bagaimana mengembalikan hutan agar mampu menjadi wadah resapan air ketika musim hujan,” tegasnya.(nardi)