Warga Desa Kiham Batang Perlu Tenaga Kesehatan

KAWIT/BERITA SAMPIT - Kades Kiham Batang Honda saat ngbrol santai dengan awak media.

KASONGAN – Sebaran tenaga dan sarana kesehatan di desa-desa, terutama pada wilayah pelosok masih sangat kecil.

Pasalnya dibeberapa Puskesmas Pembantu (Pustu) di wilayah Kabupaten Katingan saat ini masih mengalami kekosongan Nakes. Seperti di Desa Kiham Batang, Kecamatan Katingan Hulu, Katingan.

Di Desa yang memiliki 500 Jiwa penduduk ini, warganya harus bersabar dan mengelus dada ketika sedang sakit.

Selain melawan rasa sakit yang diderita, warga juga harus mengeluarkan uang lebih untuk sampai berobat.

Kejadian ini sudah berlangsung lama, menggunakan perahu tradisional atau sering disebut kelotok warga mulai berangkat ke desa tetangga seperti Desa Rangan Kawit, Dehes Asem atau sekaligus ke ibu Kota Kecamatan yang ada tenaga medisnya.

“Kalo waktu yang ditempuh berkisar 30 Menit sampai 1 Jam, ya perlu bensin 5 Liter atau sekitar Rp 75 Ribu untuk bahan bakarnya, itu diluar bayar sewa perahu kalo bukan milik sendiri,” ucap Kades Kiham Batang Honda menceritakan kondisi warganya saat ingin berobat.

Menurutnya, pihaknya sudah lama mengusulkan penempatan tenaga Kesehatan di desa tersebut. Tercatat selama dua periode dirinya menjabata usulan nakes selalu disampiakan di Musrembang. Sayangnya dari tahun 2018 hingga sekarang masih tidak ada realisasinya.

“Sarana Puskesmas Pembantu (Pustu) selama ini hampir 2 bulan sekali kami bersihkan gotong royong Bersama warga, harapan kami ada nakes dan bidan di desa kami,” harapnya.

Dirinya berharap pemerintah bisa melakukan penambahan nakes dan pemerataan hingga pelosok desa. Karena pelayanan di Pustu sangat diharapkan oleh masyarakat. Jika ada warga yang sakit atau melahirkan bisa segera dilakukan penindakan oleh tenaga kesehatan.

“Saya pernah komunikasi dengan UPTD Puskesmas Kecamatan Katingan Hulu soal usulan Nakes, katanya jumlah Nakes yang tidak memadai,” tambahnya.

Dirinya juga mengakui perhatian pihak swasta khususnya perusahan besar swasta (PBS) yang beroperasi di wilayah tersebut masih ada. Sayangnya, kendala transportasi membuat pelayanan juga tidak bisa maksimal.

“Kalo pihak perusahaan biasanya mau bantu untuk mendatangan Nakes ke desa, cuman syaratnya harus yang berobat lebih 10 orang. Kan enggak mungkin orang sakit bisa kita atur begitu. Tapi kami juga mengerti tidak mungkin menghadirkan Nakes setiap ada warga kami sakit tentu menjadi beban, makanya solusinya dengan adanya penempatan nakes di des aitu sangat penting,” pungkasnya.

Terpisah Kepala Dinas Kesehatan dr Robertus Pamuryanto ketika dimintai tanggapan via watsapp mengenai usulan nakes di desa terpincil belum memberikan komentar.

(Kawit/Beritasampit.co.id)