SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, berharap bisa mengelola Bruynzeel, yakni bekas kilang penggergajian kayu yang merupakan aset milik PT Inhutani III untuk dijadikan objek wisata.
“Sayang kalau dibiarkan seperti itu. Pemerintah daerah berharap bisa mengelola itu menjadi destinasi wisata,” kata Bupati Kotim, Halikinnor, Kamis 8 Juli 2021.
Menurut Halikinnor, kawasan itu dinilai sangat potensial untuk dikelola dengan dilakukan penataan yang menarik. Untuk itu, Bupati berharap nantinya ada kerjasama pemerintah daerah dengan Inhutani III untuk mengelola Bruynzeel menjadi objek wisata.
“Saya berharap kita bisa mengoptimalkan Bruynzeel itu untuk mendukung sektor pariwisata. Tanah yang sekarang dipegang oleh Inhutani diharapkan nanti diserahkan kepada pemerintah kabupaten untuk dikelola menjadi menjadi destinasi wisata baru,” kata Halikinnor, dikutip dari Antara.
Berdasarkan sejumlah sumber, Bruynzeel merupakan salah satu bagian sejarah perjalanan Kabupaten Kotawaringin Timur, khususnya saat masa kejayaan sektor perkayuan. Lokasinya sangat strategis yaitu di pusat kota namun dekat dengan Sungai Mentaya, tepatnya di sisi Sungai Pemuatan.
Lokasinya juga sangat dekat dengan Taman Kota sehingga akan bagus jika dikelola menjadi satu kesatuan. Kawasan ini diharapkan bisa menjadi objek wisata sekaligus ruang terbuka hijau yang bisa dinikmati warga Kota Sampit dan tamu yang datang.
Kilang kayu ini didirikan pada tahun 1947 lalu dengan nama Bruynzeel Dayak Hout Bedrijven NV yang merupakan perusahaan terbatas yang bergerak di industri penggergajian kayu. Kilang kayu dengan bangunan khas cerobong asap yang tinggi ini pernah memegang rekor sebagai kilang terbesar di Asia Tenggara.
Perusahaan yang kemudian diambil alih pemerintah dan menjadi Inhutani saat ini, menjadi bagian tidak terpisahkan dari kemajuan Kotawaringin Timur dan perekonomian masyarakatnya.
Meski sudah lama tidak beroperasi, sisa-sisa kilang kayu itu masih ada di lokasi itu, khususnya mesin dan cerobong asap. Tempat tersebut dinilai menyimpan sejarah yang perlu diabadikan.
Beberapa tahun lalu pihak Inhutani III sempat berwacana mengelola kawasan itu dengan menggandeng investor untuk membangun hotel. Namun hingga kini rencana itu belum juga terealisasi.
(BS-65/beritasampit.co.id)