PALANGKA RAYA – Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam hal penerimaan siswa baru masih membahas Petunjuk Teknis (Juknis). Hal ini disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disdik Provinsi Kalteng, Mofit Saptono kepada beritasampit.co.id saat ditemui di ruang kerjanya, Senin 13 April 2020.
“Untuk Problem itu tidak ada, karena pengecualian-pengecualian sistem evaluasi yang dilakukan di tahun 2020 itu sudah ada tuntutannya, yang artinya ada siswa yang diluluskan dari SMA ke Perguruan Tinggi, dari SMP ke SMA atau SMK. Sehingga jadwal-jadwal penerimaan siswa baru tersebut bisa kita lakukan, akan tetapi yang jadi pertanyaannya bagaimana cara melakukannya disaat situasi seperti ini. Karena hal tersebutlah yang akan kita atur dalam petunjuk teknisnya,” jelas Mofit Saptono.
Dalam penerimaan siswa baru tersebut tetap menggunakan sistem zonasi, sesuai dengan Permendikbud Nomor 44 tahun 2020, sehingga modifikasi harus dilakukan yang diterapkan seperti pada sekolah tertentu dan terjadi konsentrasi masa yang besar.
“Kita saat ini menyusun Juknisnya sekitar 75 persen sudah selesai. Inti dari Juknis tersebut agar orang-orang tidak berkerumun, kalau persoalan akademik yang berkaitan dengan instrumen-instrumen, yang digunakan untuk melihat apakah siswa tersebut dapat diterima disuatu sekolah sudah selesai, yang saat ini cuma teknisnya saja,” tuturnya.
Mofit menyampaikan, bahwa bagaimana caranya supaya siswa yang ingin mendaftar di sekolah itu tidak perlu hadir secara langsung?. Sehingga ini menjadi tantangan tersendiri bagi pihak dinas pendidikan, seperti contohnya, kata dia, penerimaan siswa SMK, mereka itu harus melakukan cek fisik di juruan tertentu, seperti otomotif mereka harus cek fisik seperti tes buta warna, tinggi badan. Kenapa hal tersebut harus dilakukan?, karena mereka sebagai pemegang ijazah SMK dengan kejuruan tersebut, ketika mereka masuk kerja maka hal tersebut akan dilihat.
“Kita akan coba untuk di SMK, karena pada kondisi ini kita terpaksa harus melakukan modifikasi. Terkait tatap muka dengan memperhatikan sosialisasi distancing, sehingga mungkin dalam satu hari tersebut dalam 8 jam kerja maksimal hanya 20 anak kita lihat cek fisiknya, sehingga tidak berkerumun dan ini merupakan salah satu cara yang harus kita lakukan”, jelasnya. (Hardi/beritasampit.co.id).