Lima Desa di Kecamatan MHS Langganan Banjir

Berita Sampit
BERMAIN AIR : ARIFIN/BS – Anak-anak di desa terlihat sedang bermain air memanfaatkan halaman rumah yang tergenang air pascahujan lebat.

Laporan : ARIFIN

SAMPIT – Sekitar lima Desa dan satu Kelurahan di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS), Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), dalam beberapa hari terakhir terendam akibat luapan air sungai. Banjir merendam sebagian besar halaman rumah warga desa.

Banjir meluap hingga ke lima desa diantaranya, Sei Ijum Raya, Sebamban, Samuda Kecil, Handil Sohor, Samuda Besar dan Kelurahan Samuda Kota. Pada saat musim penghujan kelima desa ini sudah menjadi langganan banjir setiap tahunnya.

Hujan deras dalam beberapa hari terakhir membuat sejumlah titik terendam, salah satunya di kecamatan yang terkenal dengan sebutan kota para santri itu. Arus anak sungai yang ada di desa dan kelurahan disinyalir terhambat sehingga, memperparah kondisi.

Bagi orang dewasa banjir sebagai bencana, namun berbeda halnya dengan anak-anak di desa itu, bahkan sebagian dari mereka malah asik bermain di halaman rumahnya. Raut wajah gembira nampak dari senyumnya, tidak terlihat sedikitpun kecemasan. Padahal berbagai penyakit seperti kutu air rentan menyerang mereka.

Pemandangan seperti ini sudah biasa terjadi di desa ketika musim penghujan tiba, bahkan orang tua tak mengambil pusing melihat anaknya bermain saat banjir. Sebab, di desa mereka banjir tidak pernah absen setiap tahunnya.

“Sudah terbiasa dengan banjir, itu terjadi hampir setiap tahun apabila hujan turun deras selama berhari-hari,” kata Mat Saleh, salah seorang warga saat berbincang dengan wartawan beritasampit.co.id.

Dari lima desa tersebut terdapat tiga anak sungai yang cukup lebar. Ketiganya bermuara ke sungai Mentaya. Diantaranya yaitu sungai Sepihan Besar, Sungai Sepihan Kecil dan Sungai Bakung. Menurut penjelasan warga Sungai Bakung merupakan batas wilayah antara Kelurahan Samuda Kota dan Kelurahan Basirih Hilir.

“Anak sungai itu digunakan warga desa mengalirkan air ke lahan-lahan pertanian,” kata Saleh yang berprofesi sebagai petani.

Dia menceritakan, beberapa tahun sebelumnya air sempat meluap hingga membelah jalan raya terutama yang ada di depan kantor Kecamatan MHS. Setelah pemerintah daerah melalui dana pemerintah provinsi melakukan penimbunan. Jalan raya itu hingga saat tidak pernah terendam lagi.

Hal senada diungkapkan Umar Mahmudin, warga Kelurahan Basirih Hilir. Dia menjelaskan banjir tidak hanya meluap ke halaman rumah bahkan merendam lahan pertanian. “Hampir seluruh lahan pertanian terendam air,” ucapnya.

Menurut Lurah Samuda Kota Halid Bahdian, biasanya banjir yang menggenangi halaman rumah warga tidak lama. “Biasanya paling lama antara 4 hingga 6 hari sudah surut,” ucap Halid yang pernah menjabat Korwil Dinas Pendidikan Kecamatan MHS ini.

(ifin/beritasampit.co.id)