SAMPIT– Riyadi (24) warga Desa Jaya Makmur Kecamatan Katingan Kuala ini tergolong sukses memperkenalkan Beras asal desanya Jaya Makmur, Katingan Kuala di Kota Sampit, Kotawaringin Timur.
Ia memberanikan diri untuk terjun ke dunia usaha dengan bisnis beras sejak usia 20 tahun. Usia yang masih tergolong muda.
Wartawan Berita Sampit tertarik untuk menelusuri keberanian dengan segala cerita perjuangannya dalam memperkenalkan beras Desa Jaya Makmur yang merupakan salah satu desa penghasil beras terbesar di Kalimantan Tengah ini dalam usianya yang relatif muda.
Lewat kisah yang menginspirasi bagi anak muda ini, ia menceritakan perjalanannya.
“Awal mula saya jualan beras ini, dikarenakan waktu itu dikeluarkan bekerja di salah satu pertokoan dan sempat tinggal di kos tanpa ada usaha,” terang Slamet Riyadi saat disambangi ditempat usahanya, Sampit, Rabu, 5 Februari 2020.
Lanjutnya, karena makin hari keuangan makin menipis, iapun mulai bingung harus berbuat apa untuk mendapatkan uang. Tanpa disengaja dilihatnya masih ada sisa beras kiriman dari keluarga di kampung, kemudian ia berinisiatif menjualnya untuk kebutuhan bertahan hidup. Sisa beras yang beberapa kilo itupun laku terjual habis.
Tiga hari kemudian, katanya, ada permintaan dari tetangga untuk kembali mau membeli beras. Disinilah ia mulai berani meminta kirimkan beras sebanyak 50 kilo kepada keluarganya di desa.
“Ternyata waktu itu, dalam satu hari habis dibeli tetangga-tetangga dekat. Kemudian satu minggu berikutnya, mulai lagi saya memberanikan diri minta kiriman sampai lima karung beras,” terang Riyadi.
Alhasil, jelasnya, banyak peminat yang membeli, karena beras asal desanya itu dipandang murah, berkualitas dan enak dimakan. Karena dirasa berasnya makin laris. Iapun mulai memberanikan diri untuk mencoba mengambil lewat kapal dagang beras dengan skala yang besar melalui modal pinjaman kepada pengusaha beras di desanya.
“Waktu itu, saya beranikan mengambil dulu di tempat pak Singki, salah satu penampung beras disana,” terang anak muda yang saat ini sambil melanjutkan sekolahnya lewat paket C.
“Alhamdulilah, disitu diberi kesempatan dibolehkan untuk membawa berasnya duluan, setelah laku baru dibayar. Dengan kesempatan itu kemudian saya memberanikan diri untuk memulai jualan melalui sistem online atau pengantaran dari rumah ke rumah,” terangnya.
Namun, lanjutnya, ternyata semua tidak berjalan mulus. Berjalan waktu 3 bulan, ada konflik masalah tempat, mulailah lagi terpaksa dirinya mengharuskan pindah berjualan. Sempat bingung mencari tempat dan beras belum terjual habis. Iapun kemudian menyewa barak di jalan Kopi Selatan perempatan haji Anang Santawi.
“Dengan adanya konflik itu lah saya mulai semangat dan tegar, dengan sisa modal hanya Rp500 ribu yang harus dibagi lagi buat menyewa barak dan beli perlengkapan buat jualan di barak. Namun terus saya geluti. Hari demi hari berjalan mulai membaik kembali,” ujarnya.
Akhirnya, dengan ketekunan dan semangat pantang menyerahnya, sampai saat ini beras asal Desa Jaya Makmur mulai dikenal oleh masyarakat Sampit dan banyak yang pesan. Tidak hanya untuk dimakan saja oleh konsumen, namun juga ada yang buat dijual kembali.
“Alhamdulilah seiring berjalannya waktu, ada banyak tawaran beras yang bisa diambil dulu dengan skala yang lebih banyak lagi, oleh penampung beras di desa saya. Disinilah pada akhir nya banyak pesanan-pesanan dari para pedagang beras yang mau dijual lagi dari dalam kota maupun luar kota,” terang pria yang belum menikah ini.
Kini, katanya, beras Desa Jaya Makmur yang sebagian orang masih mengenal dengan nama beras Pegatan itu, sudah dikenal di Kota Sampit, Kotim. Karena harganya murah dan kualitasnya tidak kalah dengan beras mahal yang dijual di pasaran.
Dalam kesempatan itu, ia berpesan kepada anak muda. “Jangan sia-siakan masa muda untuk berpoya-poya saja. Buatlah masa muda untuk berjuang, apapun bentuk usahanya yang penting halal, guna menyongsong masa tua yang lebih baik,” pesannya.
(Muy/beritasampit.co.id)