Kabut Asap Berdampak pada Perekonomian di Kalteng

Foto: kabut asap yang menyelimuti Kalteng beberapa waktu yang lalu.

PALANGKA RAYA – Secara umum pada tahun 2019, Kalimantan Tengah (Kalteng) mengalami kabut asap sejak akhir bulan Juli,
namun sempat mereda pada akhir Agustus seiring dengan turunnya hujan, dan kembali meningkat pada awal September.

“Kabut asap memberikan pengaruh terhadap sejumlah aktivitas perekonomian di Kota Palangka Raya,seperti berkurangnya jam kerja ASN di sejumlah Pemda, berkurangnya aktivitas lalu lintas masyarakat yang terpantau di jalan, berkurangnya aktivitas jual beli, dan terganggunya aktivitas penerbangan pesawat udara,” ucap Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan wilayah Provinsi Kalteng, Rihando dalam rilis yang diterima pada Selasa (8/10/2019).

Beberapa penerbangan dari dan ke Palangka Raya mengalami
keterlambatan, dan pengalihan melalui Banjarmasin, bahkan aktivitas di Bandara Tjilik Riwut sempat nyaris terhenti pada tanggal 15-17 September, dimana menurut informasi dari Angkasa Pura II Bandara Tjilik Riwut, hanya terdapat 2-4 penerbangan dari 24 penerbangan dari dan ke Palangka Raya pada tiga hari tersebut.

Jika dilihat dari kinerja sektor ekonomi utama Kalimantan Tengah, kabut asap memberikan dampak terhadap produksi dan aktivitas pekerja meskipun masih relatif terbatas.

Dari sektor pertanian tanaman perkebunan, menurut informasi dari sejumlah pelaku usaha kelapa sawit, terjadinya kabut asap menyebabkan beberapa perusahaan harus mengalihkan sejumlah SDM-nya untuk ikut memadamkan titik api disekitar perkebunan agar tidak masuk ke dalam kebun perusahaan.

Disamping itu, hari kerja pegawai juga mengalami penurunan, karena banyaknya pegawai yang sakit dan tidak masuk karena kabut asap.

Hal ini menyebabkan terdapat buah matang yang tidak ataupun telat untuk dipanen, dan berdampak terhadap turunnya tonase produksi. Kabut asap juga mengganggu kelangsungan hidup hewan penyerbuk, hal ini berpotensi memberikan dampak terhadap banyaknya
bunga betina sawit yang tidak terpolinasi dengan baik, dan dapat mempengaruhi produksi pada bulan-bulan berikutnya.

Sementara itu, dari sektor pertanian tanaman bahan makanan menurut informasi dari Dinas terkait, produksi beras mengalami gangguan sejak terjadinya bencana asap.

Sejak kualitas udara semakin
memburuk beberapa minggu terakhir, produksi beras harian tercatat menurun. Untuk tanaman hortikultura, produksi juga terganggu, terutama komoditas bawang merah, cabai besar, dan cabai rawit.

Akibat asap, tanaman tidak tumbuh dengan baik, daun-daunnya menjadi mengering dan keriting. Selain itu, asap yang menutupi sinar matahari membuat tanaman-tanaman ini kekurangan suplai sinar matahari, sehingga lebih rentan terserang OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).

(apr/beritasampit.co.id)